Friday 29 April 2016

CONTOH KONFLIK ANTAR KELOMPOK DAN CARA PENYELESAIAN NYA

TAURAN ANTAR PELAJAR DAN SOLUSI PENCEHAGAN TAURAN


Konflik sendiri di artikan sebagai berikut :

Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) di mana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.

konflik yang ingin saya bahas saat ini adalah konflik yang seringkali terjadi di tengah-tengah masyarakat, yaitu konflik antar pelajar.

Konflik yang paling sering ada di masyarakat selama ini adalah tauran antar pelajar SMA/STM di kota-kota besar. bukan hanya di kota besar mungkin di sebagian daerah di indonesiapun pasti ada yang namanya tauran antar pelajar, mungkin karna sudah menjadi tradisi sekolah atau memang ada dalang di balik perseteruan antar 2 kelompok yang berbeda

Tauran antar seringkali tak terelakan dari yang namanya korban yang berjatuhan dari masing-masing kubu, bahkan sampai menuai korban jiwa tidak sedikit pelajar yang luka-luka. mungkin sudah tidak terhitung berapa kali tauran terjadi. Seringkali banyak yang membawa senjata tajam, maupun senjata tumpul yang sudah di modifikasi serupa untuk melindungi diri maupun menyerang lawan.

Dan tidak tanggung-tanggung bahkan para pelajar SMA/STM tauran di jalanan yang kondisi nya ramai warga, bahkan banyak kerugian yang di timbulkan dari tauran antar pelajar, warga yang luka-luka ataupun pelajar sekolah lain yang ikut terluka, padahal bukan dari 2 kubu yang berseteru.

Terlihat bahwa seorang pelajar yang melakukan tauran sudah tidak ada dalam jiwa nya rasa nasionalis, atau rasa saling menghormati sesama manusia, bahkan tidak tanggung-tanggung melukai lawan, melumpuhkan lawan bahkan membunuh lawan sekalipun.

Berikut kutipan dari pojokjabar.com berita tawuran pelajar sebagai berikut :

POJOKJABAR.com, CIANJUR – Peristiwa tawuran terjadi di dekat Cimacan Valey Desa Palasari, Kecamatan Cipanas. Kali ini siswa atas nama Sopian (18) siswa kelas XII SMKN 1 Cipanas menjadi korban. Diketahui korban tewas saat tengah menjalani perawatan di RSUD Cianjur.
Peristiwa tawuran tersebut terjadi saat korban bersama teman – temannya nongkrong sekitar jam 15.30 WIB di dekat Cimacan Valey, Selasa (29/3). Namun saat korban bersama temannya sedang berkumpul tiba-tiba datang sekelompok pelajar dari sekolah lain dan langsung mengeluarkan senjata tajam sambil berteriak dan mengajak berkelahi.
Setelah itu, korban dan temannya seketika kocar kacir berlarian. Akan tetapi, malang nasib yang dialami Muhammad Sopyan saat berlari ke arah Jalan Raya yang malah dikejar hingga dibacok. Hingga akhirnya korban ditemukan bersimbah darah di pinggir Jalan Raya Cipanas dengan luka bacok, lantaran sabetan senjata tajam ke bagian dalam hingga korban kehabisan darah dan meninggal dunia.
“Saya kaget sekali sekitar pukul 15.00 WIB mendapat kabar anak saya dilarikan ke RSUD Cimacan. Ternyata diketahui anak saya menjadi korban tawuran,” ungkap orang tua korban, Oleh (50) warga Kampung Babakan, Desa Batulawang, Kecamatan Cipanas.
Ia mengaku, karena anaknya tak bisa ditangani seorang diri maka akhirnya korban dirujuk ke RSUD Cianjur. Namun setelah mendapatkan perawatan sekitar tiga jam di RSUD Cianjur, anaknya dinyatakan meninggal.
“Kalau memang anak saya meninggal akibat tawuran, jelas pelaku harus bertanggung jawab. Kami sekeluarga jelas tidak menerima tindakan pelaku dan kami mengharapkan pelaku segera diamankan,” tegasnya.
Kapolsek Pacet, Kompol Pardiyanto membenarkan terjadi tawuran dan satu orang siswa SMKN 1 Cipanas tewas. Saat ini pihaknya masih melakukan penyelidikan kasus tawuran ini.
“Kami sudah memeriksa sembilan orang saksi terkait tewasnya Sopian (18),” terangnya.
Ia menjelaskan, rata-rata saksi yang diperiksa memberikan keterangan bahwa mereka mengenal siapa yang melakukan penyerangan.
“Mereka menyebutkan tahu yang menyerang itu dari salah satu sekolah di Cipanas. Tapi tidak tahu siapa nama-nama orang yang menyerang itu,” ujarnya.
Menurutnya, polisi juga masih menyelidiki dari mana senjata yang digunakan oleh penyerang berasal.
“Kemungkinan ini tawuran pelajar dengan pelajar. Tapi kami masih selidiki,” ujarnya.
Pardiyanto menyebut belum mendapatkan barang bukti berupa senjata-senjata tajam yang digunakan pelaku untuk menyerang Sopian di kawasan sepi di Cimacan Valley itu.
Wakasek Kesiswaan SMKN 1 Cipanas, Iwan Setiawan menuturkan, penanganan kasus ini sudah diserahkan kepada pihak kepolisian. Dia menjelaskan, saat kejadian siswanya tidak membawa tajam, namun tiba-tiba diserang dengan senjata tajam oleh salah satu sekolah di Cipanas.
“Indikasi anak kami melakukan kekerasan sangat jauh, karena anak kami yang menjadi korban,” ungkapnya.
Dijelaskannya, saat jam pelajaran itu merupakan tanggung jawab sekolah khususnya kesiswaan, namun berdsarkan pantauannya kejadian tersebut di luar jam pelajaran dan itu pihak orang tua yang memang tanggung jawab.
“Kami pun sebenarnya sudah memberlakukan peraturan ketat, namun dalam kejadian ini siswa kami yang menjadi korban,” paparnya.
Kepala Kamar Mayat RSUD Cianjur, J Multazam saat divisum mengatakan, korban mengalami luka robek bagian punggung dua kali tusukan dengan ukuran 2cm x 1,5 cm.
“Kalau dilihat dari lukanya korban terkena benda tajam, saya curiga itu pisau biasa,” pungkasnya.
(radar cianjur/fhn)
Sangat memprihatinkan berita di atas membuktikan bawha sangat arogan nya pelajar di indonesia, orang yang tidak bersalahpun bisa menjadi korban bahkan sudah mencoba melarikan diripun masih di kejar dan di bacok dengan senjata tajam. sangat ironis penerus bangsa di indonesia yang seperti tidak adanya rasa nasionalis toleransi antar manusia.
Dalam pandangan psikologi, setiap perilaku merupakan interaksi antara kecenderungan di dalam diri individu (sering disebut kepribadian, walau tidak selalu tepat) dan kondisi eksternal. Begitu pula dalam hal perkelahian pelajar. Bila dijabarkan, terdapat sedikitnya 4 faktor psikologis mengapa seorang remaja terlibat perkelahian pelajar.

1. Faktor internal. Remaja yang terlibat perkelahian biasanya kurang mampu melakukan adaptasi pada situasi lingkungan yang kompleks. Kompleks di sini berarti adanya keanekaragaman pandangan, budaya, tingkat ekonomi, dan semua rangsang dari lingkungan yang makin lama makin beragam dan banyak. Situasi ini biasanya menimbulkan tekanan pada setiap orang. Tapi pada remaja yang terlibat perkelahian, mereka kurang mampu untuk mengatasi, apalagi memanfaatkan situasi itu untuk pengembangan dirinya. Mereka biasanya mudah putus asa, cepat melarikan diri dari masalah, menyalahkan orang / pihak lain pada setiap masalahnya, dan memilih menggunakan cara tersingkat untuk memecahkan masalah. Pada remaja yang sering berkelahi, ditemukan bahwa mereka mengalami konflik batin, mudah frustrasi, memiliki emosi yang labil, tidak peka terhadap perasaan orang lain, dan memiliki perasaan rendah diri yang kuat. Mereka biasanya sangat membutuhkan pengakuan.
2. Faktor keluarga. Rumah tangga yang dipenuhi kekerasan (entah antar orang tua atau pada anaknya) jelas berdampak pada anak. Anak, ketika meningkat remaja, belajar bahwa kekerasan adalah bagian dari dirinya, sehingga adalah hal yang wajar kalau ia melakukan kekerasan pula. Sebaliknya, orang tua yang terlalu melindungi anaknya, ketika remaja akan tumbuh sebagai individu yang tidak mandiri dan tidak berani mengembangkan identitasnya yang unik. Begitu bergabung dengan teman-temannya, ia akan menyerahkan dirnya secara total terhadap kelompoknya sebagai bagian dari identitas yang dibangunnya.
3. Faktor sekolah. Sekolah pertama-tama bukan dipandang sebagai lembaga yang harus mendidik siswanya menjadi sesuatu. Tetapi sekolah terlebih dahulu harus dinilai dari kualitas pengajarannya. Karena itu, lingkungan sekolah yang tidak merangsang siswanya untuk belajar (misalnya suasana kelas yang monoton, peraturan yang tidak relevan dengan pengajaran, tidak adanya fasilitas praktikum, dsb.) akan menyebabkan siswa lebih senang melakukan kegiatan di luar sekolah bersama teman-temannya. Baru setelah itu masalah pendidikan, di mana guru jelas memainkan peranan paling penting. Sayangnya guru lebih berperan sebagai penghukum dan pelaksana aturan, serta sebagai tokoh otoriter yang sebenarnya juga menggunakan cara kekerasan (walau dalam bentuk berbeda) dalam “mendidik” siswanya.
4. Faktor lingkungan. Lingkungan di antara rumah dan sekolah yang sehari-hari remaja alami, juga membawa dampak terhadap munculnya perkelahian. Misalnya lingkungan rumah yang sempit dan kumuh, dan anggota lingkungan yang berperilaku buruk (misalnya narkoba). Begitu pula sarana transportasi umum yang sering menomor-sekiankan pelajar. Juga lingkungan kota (bisa negara) yang penuh kekerasan. Semuanya itu dapat merangsang remaja untuk belajar sesuatu dari lingkungannya, dan kemudian reaksi emosional yang berkembang mendukung untuk munculnya perilaku berkelahi.


Berikut cara penyelesaian atau solusi untuk bisa menimalisir terjadinya tauran antar pelajar :

  1. Para Siswa wajib diajarkan dan memahami bahwa semua permasalahan tidak akan selesai jika penyelesaiannya dengan menggunakan kekerasan.
  2. Lakukan komunikasi dan pendekatan secara khusus kepada para pelajar untuk mengajarkan cinta kasih.
  3. Pengajaran ilmu beladiri yang mempunyai prinsip penggunaan untuk menyelamatkan orang dan bukan untuk menyakiti orang lain.
  4. Ajarkan ilmu sosial Budaya, ilmu sosial budaya sangat bermanfaat untuk pelajar khususnya, yaitu agar tidak salah menempatkan diri di lingkungan masyarakat.
  5. Bagi para orang tua, mulailah belajar jadi sahabat anak-anaknya. Jangan jadi polisi, hakim atau orang asing dimata anak. Hal ini sangat penting untuk memasuki dunia mereka dan mengetahui apa yang sedang mereka pikirkan atau rasakan. Jadi kalau ada masalah dalam kehidupan mereka orang tua bisa segera ikut menyelesaikan dengan bijak dan dewasa.
  6. Bagi para Polisi dan aparat keamanan, jangan segan dan aneh untuk dekat dengan para pelajar secara profesional, khususnya yang bermasalah-bermasalah itu. Lebih baik tidak menggunakan acara-acara formal dalam pendekatan ini, melainkan masuk dengan cara santai dan rileks. Upama ketika para pelajar ini cangkrukkan atau kumpul-kumpul, ikutlah kumpul dengan mereka secara kekeluargaan dan gaul, sehingga mereka akan merasa ada kepedulian dari negara atas masalah mereka. Aparat Polisi dan keamanan yang gaul dan bisa mereka terima akan menjadi kode bahwa negara memperhatikan generasi ‘lupa diri’ ini untuk kembali menjadi ingat bahwa tak ada alasan yang cukup kuat bagi mereka menggelar tawuran.
  7. Pada awal masuk sekolah, sebagian pelajar yang tawuran ini sebenarnya jarang yang saling kenal. Jika kemudian mereka menjadi beringas dengan orang yang sama sekali sebelumnya tak dikenal, karena ada kata-kata, dendam, slogan, pemikiran, hasutan dan sejenisnya yang masuk kepada mereka dari senior atau orang luar tentang kejelekan sesama pelajar yang akhirnya jadi musuh. Inilah bahaya mulut, otak dan hati yang harus dibersihkan kemudian diluruskan. Tak mungkin clurit berbicara jika ketiga unsur tadi tidak rusak sebelumnya. Razia terhadap benda-benda tajam itu mungkin efektif dalam masa pendek, namun untuk jangka panjang perlu dirumuskan bagaimana melakukan brainwash kepada para pelajar ini agar kembali ke jalan yang benar.
  8. Buat sekolah khusus dalam lingkungan penuh disiplin dan ketertiban bagi mereka yang terlibat tawuran. Ini adalah cara memutus tali dendam dan masalah dalam dunia pelajar kita. Jadi siapapun dan dari sekolah manapun yang terlibat tawuran, segera tangkap dan masukkan dalam sekolah khusus yang memiliki kurikulum khusus bagi mereka. Dengan jalan tersebut, setidaknya teman atau adik kelas mereka tak akan lagi terpengaruh oleh ide-ide gila anak-anak yang suka tawuran ini. Tentu semua hal tersebut harus didukung penuh oleh pemerintah dan semua pihak karena biaya dan tenaga yang dibutuhkan awalnya akan sangat besar. Tapi apalah artinya semua itu jika akhirnya kita akan menemukan kedamaian dalam dunia pendidikan kita.
  9. Perbanyaklah Kegiatan Ekstrakulikuler di Sekolah. Kegiatan yang biasa dilakukan sehabis selesai KBM dapat mencegah sang pelajar dari kegiatan-kegiatan yang negatif. Misalkan ekskul futsal, setelah selesai futsal pelajar pasti kelelahan sehingga tidak ada waktu untuk keluyuran malam atau hang out dengan teman lainnya.
  10. Pengembangan bakat dan minat pelajar. Setiap sekolah perlu mengkaji salah satu metode ini, sebagai acuan sekolah dalam mengarahkan mereka sesuai dengan keinginan mereka sendiri dan tentunya orangtua pun menyetujuinya. Penelusuran bakat dan minat bisa mengarahkan potensi dan bakat mereka yang terpendam.
  11. Pendidikan Agama dari sejak dini. Sangat penting sekali karena apabila seorang pelajar memiliki basic agama yang baik tentunya bisa mencegah pelajar tersebut untuk berbuat yang tidak terpuji karena mereka mengetahui akibatnya dari perbuatan tersebut. Agama harus ditanamkan sejak dini, banyak sekolah-sekolah atau madrasah yang bisa menjadi referensi pendidikan seorang anak dan biasanya mulai KBMnya siang setelah selesai sekolah dasar. Dasar agama yang kuat membuat seorang pelajar memiliki kepekaan yang tinggi terhadap lingkungan sekitarnya.
  12. Boarding School (Sekolah berasrama). Bisa menjadi salah satu alternatif mencegah pelajar dari tawuran. Biasanya di sekolah ini, waktu belajar lebih lama dari sekolah umum. Ada yang sampai jam 4 sore, setelah maghrib ngaji atau pelajaran agama. Selesai isya pelajar biasanya pergi ke perpustakaan untuk belajar atau mengerjakan tugas. Jam 8 malam, pelajar baru bisa istirahat atau lainnya. Sekolah ini sangat efektif menurut saya, pelajar tidak ada waktu untuk berinteraksi dengan dunia luar karena kesibukan mereka. Interaksi ada namun hanya satu kali dalam seminggu.









Sumber:
https://id.wikipedia.org/wiki/Konflik
http://jabar.pojoksatu.id/cianjur/2016/03/31/tawuran-pelajar-di-cianjur-siswa-smkn-1-cipanas-tewas-ditusuk/2/
https://afdhalrizqi.wordpress.com/2012/10/22/solusi-mengatasi-permasalahan-tawuran-antar-pelajar-di-indonesia/





2 comments:

  1. izin save pict admin buat tugas

    ReplyDelete
  2. mau penghasilan lebih tanpa modah banyak?
    zeusbola solusinya!

    Menerima Deposit Via Pulsa ( TANPA POTONGAN RATE ), OVO, GOPAY, DANA, LINKAJA, BTPN JENIUS.
    ◘ Minimal deposit Rp.25,000 s/d Rp.50,000
    ♣Minimal WD/Tarik dana Rp.50,000
    ◘ Minimal Bet/ Taruhan Rp.10,000

    Nikmati Keseruan Bermain Games Online Hanya Dengan 1 User ID Saja
    ○ BOLA / SBOBET,ICBET,CMD368, MAXBET, SONG88, UBOBET ⚽️⚽️
    ♦Live Casino
    ○ Slot Online
    ♦Balap Tikus
    ○Tangkas Net
    ♦ SLOT JOKER GAMING
    ○ POKER IDN PLAY
    ♦ SABUNG AYAM ONLINE S128 & SV388

    Ayo Segera Bergabung Bersama Kami :

    whatsapp :+6282277104607
    instagram : zeusbola.official
    keberuntungan anda ada disini!

    ReplyDelete