MENGURAIKAN MACAM-MACAM GAYA DALAM KEPEMIMPINAN
Gaya Kepemimpinan Otokratis
Gaya ini kadang-kadang dikatakan
kepemimpinan terpusat pada diri pemimpin atau gaya direktif. Gaya ini ditandai
dengan sangat banyaknya petunjuk yang datangnya dari pemimpin dan sangat
terbatasnya bahkan sama sekali tidak adanya peran serta anak buah dalam
perencanaan dan pengambilan keputusan. Pemimpin secara sepihak menentukan peran
serta apa, bagaimana, kapan, dan bilamana berbagai tugas harus dikerjakan. Yang
menonjol dalam gaya ini adalah pemberian perintah. Pemimpin otokratis adalah
seseorang yang memerintah dan menghendaki kepatuhan. Ia memerintah berdasarkan
kemampuannya untuk memberikan hadiah serta menjatuhkan hukuman. Gaya
kepemimpinan otokratis adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia
bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dengan cara segala
kegiatan yang akan dilakukan semata-mata diputuskan oleh pimpinan. Adapun ciri-ciri gaya kepemimpinan
otokratis adalah sebagai berikut:
- Wewenang mutlak terpusat pada pemimpin
- Keputusan selalu dibuat oleh pemimpin
- Kebijakan selalu dibuat oleh pemimpin
- Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada bawahan
- Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para bawahannya dilakukan secara ketat
- Tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran pertimbangan atau pendapat
- Lebih banyak kritik dari pada pujian, menuntut prestasi dan kesetiaan sempurna dari bawahan tanpa syarat, dan cenderung adanya paksaan, ancaman, dan hukuman.
Gaya Kepemimpinan Delegatif
Gaya Kepemimpinan delegatif dicirikan
dengan jarangnya pemimpin memberikan arahan, keputusan diserahkan kepada
bawahan, dan diharapkan anggota organisasi dapat menyelesaikan permasalahannya
sendiri (MacGrefor, 2004). Gaya Kepemimpinan adalah suatu ciri khas prilaku
seorang pemimpin dalam menjalankan tugasnya sebagai pemimpin. Dengan demikian
maka gaya kepemimpinan seorang pemimpin sangat dipengaruhi oleh karakter
pribadinya. Kepemimpinan delegatif adalah sebuah gaya kepemimpinan yang
dilakukan oleh pimpinan kepada bawahannya yang memiliki kemampuan, agar dapat
menjalankan kegiatannya yang untuk sementara waktu tidak dapat dilakukan oleh
pimpinan dengan berbagai sebab. Gaya kepemimpinan delegatif sangat cocok
dilakukan jika staf yang dimiliki memiliki kemampuan dan motivasi yang tinggi.
dengan demikian pimpinan tidak terlalu banyak memberikan instruksi kepada
bawahannya, bahkan pemimpin lebih banyak memberikan dukungan kepada bawahannya.
Gaya Kepemimpinan Demokratis
Gaya kepemimpinan demokratis adalah
kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan dengan cara berbagai kegiatan yang akan dilakukan
ditentukan bersama antara pimpinan dan bawahan. Gaya ini kadang-kadang disebut
juga gaya kepemimpinan yang terpusat pada anak buah, kepemimpinan dengan
kesederajatan, kepemimpinan konsultatif atau partisipatif. Pemimpin
kerkonsultasi dengan anak buah untuk merumuskan tindakan keputusan bersama. Adapun ciri-cirinya sebagai berikut:
- Wewenang pemimpin tidak mutlak
- Pimpinan bersedia melimpahkan sebagian wewenang kepada bawahan
- Keputusan dan kebijakan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan
- Komunikasi berlangsung secara timbal balik, baik yang terjadi antara pimpinan dan bawahan maupun sesama bawahan
- Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para bawahan dilakukan secara wajar
- Prakarsa dapat datang dari pimpinan maupun bawahan
- Banyak kesempatan bagi bawahan untuk menyampaikan saran, pertimbangan atau pendapat; Tugas-tugas kepada bawahan diberikan dengan lebih bersifat permintaan dari pada intruksi
- Pimpinan memperhatikan dalam bersikap dan bertindak, adanya saling percaya, saling menghormati
Gaya Kepemimpinan Birokratis
Gaya ini dapat dilukiskan dengan kalimat
“memimpin berdasarkan peraturan”. Perilaku pemimpin ditandai dengan keketatan
pelaksanaan prosedur yang berlaku bagi pemipin dan anak buahnya. Pemimpin yang
birokratis pada umumnya membuat keputusan-keputusan berdasarkan aturan yang ada
secara kaku tanpa adanya fleksibilitas. Semua kegiatan hampir terpusat pada pimpinan
dan sedikit saja kebebasan orang lain untuk berkreasi dan bertindak, itupun
tidak boleh lepas dari ketentuan yang ada. Adapun karakteristik dari gaya
kepemimpinan birokratis adalah sebagai berikut:
- Pimpinan menentukan semua keputusan yang bertalian dengan seluruh pekerjaan dan memerintahkan semua bawahan untuk melaksanakannya
- Pemimpin menentukan semua standar bagaimana bawahan melakukan tugas
- Adanya sanksi yang jelas jika seorang bawahan tidak menjalankan tugas sesuai dengan standar kinerja yang telah ditentukan
Gaya Kepemimpinan Laissez Faire
Gaya ini mendorong kemampuan anggota
untuk mengambil inisiatif. Kurang interaksi dan kontrol yang dilakukan oleh
pemimpin, sehingga gaya ini hanya bias berjalan apabila bawahan memperlihatkan
tingkat kompetensi dan keyakinan akan mengejar tujuan dan sasaran cukup tinggi.
Dalam gaya kepemimpinan ini, pemimpin sedikit sekali menggunakan kekuasaannya
atau sama sekali membiarkan anak buahnya untuk berbuat sesuka hatinya. Adapun ciri-ciri gaya kepemimpinan
Laissez Faire adalah sebagai berikut:
- Bawahan diberikan kelonggaran atau fleksibel dalam melaksanakan tugas-tugas, tetapi dengan hati-hati diberi batasan serta berbagai produser
- Bawahan yang telah berhasil menyelesaikan tugas-tugasnya diberikan hadiah atau penghargaan, di samping adanya sanksi-sanksi bagi mereka yang kurang berhasil, sebagai dorongan
- Hubungan antara atasan dan bawahan dalam suasana yang baik secara umum manajer bertindak cukup baik
- Manajer menyampaikan berbagai peraturan yang berkaitan dengan tugas-tugas atau perintah, dan sebaliknya para bawahan diberikan kebebasan untuk memberikan pendapatannya.
Gaya Kepemimpinan Otoriter /
Authoritarian
Adalah gaya pemimpin
yang memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang diambil dari dirinya
sendiri secara penuh. Segala pembagian tugas dan tanggung jawab dipegang oleh
si pemimpin yang otoriter tersebut, sedangkan para bawahan hanya melaksanakan
tugas yang telah diberikan. Tipe kepemimpinan yang otoriter biasanya
berorientasi kepada tugas. Artinya dengan tugas yang diberikan oleh suatu
lembaga atau suatu organisasi, maka kebijaksanaan dari lembaganya ini akan
diproyeksikan dalam bagaimana ia memerintah kepada bawahannya agar
kebijaksanaan tersebut dapat tercapai dengan baik. Di sini bawahan hanyalah
suatu mesin yang dapat digerakkan sesuai dengan kehendaknya sendiri, inisiatif
yang datang dari bawahan sama sekali tak pernah diperhatikan.
Gaya Kepemimpinan Karismatis
Kelebihan gaya kepemimpinan karismatis
ini adalah mampu menarik orang. Mereka terpesona dengan cara berbicaranya yang
membangkitkan semangat. Biasanya pemimpin dengan gaya kepribadian ini
visionaris. Mereka sangat menyenangi perubahan dan tantangan. Mungkin,
kelemahan terbesar tipe kepemimpinan model ini bisa di analogikan dengan
peribahasa Tong Kosong Nyaring Bunyinya. Mereka mampu menarik orang untuk
datang kepada mereka. Setelah beberapa lama, orang – orang yang datang ini akan
kecewa karena ketidak-konsisten-an. Apa yang diucapkan ternyata tidak
dilakukan. Ketika diminta pertanggungjawabannya, si pemimpin akan memberikan
alasan, permintaan maaf, dan janji.
Gaya Kepemiminan Moralis
Kelebihan dari
gaya kepemimpinan seperti ini adalah umumnya Mereka hangat dan sopan kepada
semua orang. Mereka memiliki empati yang tinggi terhadap permasalahan para
bawahannya, juga sabar, murah hati Segala bentuk kebajikan ada dalam diri
pemimpin ini. Orang – orang yang datang karena kehangatannya terlepas dari
segala kekurangannya. Kelemahan dari pemimpinan seperti ini adalah emosinya.
Rata orang seperti ini sangat tidak stabil, kadang bisa tampak sedih dan
mengerikan, kadang pula bisa sangat menyenangkan dan bersahabat. Jika saya
menjadi pemimpin, Saya akan lebih memilih gaya kepemimpinan demokratis.Karena
melalui gaya kepemimpinan seperti ini
permasalahan dapat di selesaikan dengan kerjasama antara atasan dan
bawahan. Sehingga hubungan atasan dan bawahan bisa terjalin dengan baik.
Gaya Kepemimpinan Administratif
Gaya kepemimpinan tipe ini terkesan
kurang inovatif dan telalu kaku pada aturan. Sikapnya konservatif serta
kelihatan sekali takut dalam mengambil resiko dan mereka cenderung mencari aman. Model kepemimpinan seperti ini
jika mengacu kepada analisis perubahan yang telah kita bahas sebelumnya, hanya cocok pada
situasi Continuation, Routine change, serta Limited change.
Gaya kepemimpinan analitis (Analytical).
Dalam gaya kepemimpinan tipe ini, biasanya pembuatan keputusan didasarkan pada
proses analisis, terutama analisis
logika pada setiap informasi yang diperolehnya. Gaya ini berorientasi pada
hasil dan menekankan pada rencana-rencana rinci serta berdimensi jangka
panjang. Kepemimpinan model ini sangat mengutamakan logika dengan menggunakan
pendekatan-pendekatan yang masuk akal serta kuantitatif.
Gaya kemimpinan asertif (Assertive).
Gaya kepemimpinan ini sifatnya lebih
agresif dan mempunyai perhatian yang sangat besar pada pengendalian personal
dibandingkan dengan gaya kepemimpinan lainnya. Pemimpin tipe asertif lebih
terbuka dalam konflik dan kritik. Pengambilan keputusan muncul dari proses
argumentasi dengan beberapa sudut pandang sehingga muncul kesimpulan yang
memuaskan.
Gaya kepemimpinan entrepreneur.
Gaya kepemimpinan ini sangat menaruh
perhatian kepada kekuasaan dan hasil akhir serta kurang mengutamakan pada kebutuhan akan kerjasama. Gaya
kepemimpinan model ini biasannya selalu mencari pesaing dan menargetkan standar
yang tinggi.
Gaya Kepemimpinan Visioner
Kepemimpinan visioner, adalah pola
kepemimpinan yang ditujukan untuk memberi arti pada kerja dan usaha yang perlu
dilakukan bersama-sama oleh para anggota perusahaan dengan cara memberi arahan
dan makna pada kerja dan usaha yang dilakukan berdasarkan visi yang jelas.
Kepemimpinan Visioner memerlukan kompetensi tertentu. Pemimipin visioner
setidaknya harus memiliki empat kompetensi kunci sebagaimana dikemukakan oleh
Burt Nanus (1992), yaitu:
- Seorang pemimpin visioner harus memiliki kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif dengan manajer dan karyawan lainnya dalam organisasi. Hal ini membutuhkan pemimpin untuk menghasilkan “guidance, encouragement, and motivation.”
- Seorang pemimpin visioner harus memahami lingkungan luar dan memiliki kemampuan bereaksi secara tepat atas segala ancaman dan peluang. Ini termasuk, yang plaing penting, dapat "relate skillfully" dengan orang-orang kunci di luar organisasi, namun memainkan peran penting terhadap organisasi (investor, dan pelanggan).
- Seorang pemimpin harus memegang peran penting dalam membentuk dan mempengaruhi praktek organisasi, prosedur, produk dan jasa. Seorang pemimpin dalam hal ini harus terlibat dalam organisasi untuk menghasilkan dan mempertahankan kesempurnaan pelayanan, sejalan dengan mempersiapkan dan memandu jalan organisasi ke masa depan (successfully achieved vision).
- Seorang pemimpin visioner harus memiliki atau mengembangkan "ceruk" untuk mengantisipasi masa depan. Ceruk ini merupakan ssebuah bentuk imajinatif, yang berdasarkan atas kemampuan data untuk mengakses kebutuhan masa depan konsumen, teknologi, dan lain sebagainya. Ini termasuk kemampuan untuk mengatur sumber daya organisasi guna memperiapkan diri menghadapi kemunculan kebutuhan dan perubahan ini. Dalam era turbulensi lingkungan seperti sekarang ini, setiap pemimpin harus siap dan dituntut mampu untuk melakukan transformasi terlepas pada gaya kepemimpinan apa yang mereka anut. Pemimpin harus mampu mengelola perubahan, termasuk di dalamnya mengubah budaya organiasi yang tidak lagi kondusif dan produktif. Pemimpin harus mempunyai visi yang tajam, pandai mengelola keragaman dan mendorong terus proses pembelajaran karena dinamika perubahan lingkungan serta persaingan yang semakin ketat.
Gaya Kepemimpinan Situasional
kepemimpinan situasional adalah “a
leadership contingency theory that focuses on followers readiness/maturity”.
Inti dari teori kepemimpinan situational adalah bahwa gaya kepemimpinan seorang
pemimpin akan berbeda-beda, tergantung dari tingkat kesiapan para pengikutnya.
Pemahaman fundamen dari teori kepemimpinan situasional adalah tentang tidak
adanya gaya kepemimpinan yang terbaik. Kepemimpinan yang efektif adalah
bergantung pada relevansi tugas, dan hampir semua pemimpin yang sukses selalu
mengadaptasi gaya kepemimpinan yang tepat. Efektivitas kepemimpinan bukan hanya
soal pengaruh terhadap individu dan kelompok tapi bergantung pula terhadap
tugas, pekerjaan atau fungsi yang dibutuhkan secara keseluruhan. Jadi pendekatan kepemimpinan situasional
fokus pada fenomena kepemimpinan di dalam suatu situasi yang unik. Dari cara
pandang ini, seorang pemimpin agar efektif ia harus mampu menyesuaikan gayanya
terhadap tuntutan situasi yang berubah-ubah. Teori kepemimpinan situasional
bertumpu pada dua konsep fundamental yaitu:tingkat kesiapan/kematanganindividu
atau kelompok sebagai pengikut dangaya kepemimpinan.
Kepemimpinan (Traits model of ledership)
Kepemimpinan ini pada tahap awal mencoba
meneliti tentangwatak individu yang melekat pada diri para pemimpin, seperti
misalnya:kecerdasan,kejujuran, kematangan, ketegasan, kecakapan berbicara,
kesupelan dalam bergaul, statussosial ekonomi mereka dan lain-lain (Bass 1960,
Stogdill 1974). Pada umumnya studi-studi kepemimpinan pada tahap awal mencoba
meneliti tentang watak individu yang melekat pada diri para pemimpin, seperti misalnya:
kecerdasan, kejujuran, kematangan, ketegasan, kecakapan berbicara, kesupelan
dalam bergaul, status sosial ekonomi mereka dan lain-lain. Terdapat enam kategori faktor pribadi yang
membedakan antara pemimpin dan pengikut, yaitu kapasitas, prestasi, tanggung
jawab, partisipasi, status dan situasi. Namun demikian banyak studi yang
menunjukkan bahwa faktor-faktor yang membedakan antara pemimpin dan pengikut
dalam satu studi tidak konsisten dan tidak didukung dengan hasil-hasil studi
yang lain. Disamping itu, watak pribadi bukanlah faktor yang dominant dalam
menentukan keberhasilan kinerja manajerial para pemimpin. Hingga tahun 1950-an,
lebih dari 100 studi yang telah dilakukan untuk mengidentifikasi watak atau
sifat personal yang dibutuhkan oleh pemimpin yang baik, dan dari studi-studi
tersebut dinyatakan bahwa hubungan antara karakteristik watak dengan
efektifitas kepemimpinan, walaupun positif, tetapi tingkat signifikasinya
sangat rendah.
Kepemimpinan Militeristik
Tipe pemimpin seperti
ini sangat mirip dengan tipe pemimpin otoriter yang merupakan tipe pemimpin
yang bertindak sebagai diktator terhadap para anggota kelompoknya.Adapun
sifat-sifat dari tipe kepemimpinan militeristik adalah: - lebih banyak menggunakan sistem perintah/komando, keras dan sangat otoriter, kaku dan seringkali kurang bijaksana,
- menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan,
- sangat menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual dan tanda-tanda kebesaran yang berlebihan,
- menuntut adanya disiplin yang keras dan kaku dari bawahannya,
- tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan dari bawahannya,
- komunikasi hanya berlangsung searah.
SUMBER :
http://www.kompasiana.com/rudisalamsinulingga/gaya-gaya-kepemimpinan_54f79ceca33311df1d8b4583
No comments:
Post a Comment